IBU

Standar

Kita menyebut tanah tumpah darah sebagai Ibu Pertiwi. Para leluhur kita sebut Nenek Moyang. Pusat pemerintahan kita sebut sebagai Ibukota. Bahkan Bumi bisa diartikan sebagai Ibu Kami. Kata perempuan bermakna orang yang di-empu-kan, orang yang dituakan, dimuliakan.

Sobat, tidakkah begitu luar biasa aura ke-IBU-an menyelimuti kehidupan kita sehingga nama itu tersemat pada hal-hal yang istimewa. Kita menghidupkan IBU pada simbol-simbol kebesaran. Bahkan ada hari besar khusus untuk Ibu. Gusti Allah pun, melalui Nabi-Nya, mengingatkan bahwa “Sorga berada di bawah telapak kaki Ibu”.

Siapa yang pertama kali membelai kita begitu terlahir ke dunia? Siapa yang pertama kali mengajari kita tentang kehidupan? Menuntun kita melangkah. Membimbing kita mengeja a-b-c kehidupan. Tentulah IBU!

Sobat, maka sudah selayaknya Kaum Ibu dimuliakan. Sudah selayaknya para Calon Ibu dijaga dan dilindungi. Sudah seharusnya harkat dan martabat perempuan disepuh hingga berkilau bagi keberlangsungan moral kehidupan. Sebagaimana mimpi Ibu Kartini, “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Terang tidak hanya untuk kaum perempuan. Tapi terang untuk setiap manusia yang selayaknya memuliakan IBU.

Jkt, 21-4-2011
SONNEF

Tinggalkan komentar